Breaking News

Indonesia Swasembada Telur dan Ayam, Bapanas Dorong Hilirisasi untuk Tingkatkan Nilai Tambah

Mediamassa.co.id – Indonesia resmi mencapai swasembada telur dan daging ayam di tahun 2025. Hal ini diumumkan langsung oleh Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi, yang menyebut bahwa produksi telur dan ayam nasional kini sudah melampaui kebutuhan konsumsi dalam negeri.

Menurut data dari Bapanas dan Badan Pusat Statistik (BPS), produksi telur ayam tahun ini diperkirakan mencapai 6,52 juta ton, melebihi konsumsi sebesar 6,22 juta ton. Sementara itu, produksi daging ayam mencapai 4,25 juta ton, juga melampaui kebutuhan konsumsi nasional yang hanya 3,87 juta ton.

Dorong Hilirisasi Produk Telur dan Ayam

Meski telah berhasil swasembada, Bapanas menegaskan bahwa capaian ini bukanlah akhir. Pemerintah kini fokus pada strategi hilirisasi produk pangan, yaitu mengolah telur dan ayam menjadi produk olahan bernilai tambah tinggi seperti ayam geprek, nugget, ayam ungkep, dan makanan beku siap saji (ready to eat).

Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi, mencontohkan pelaku usaha kecil yang mampu menjual 150 porsi ayam geprek per hari dengan harga Rp20.000 per porsi. Menurutnya, hal ini bisa menjadi peluang besar bagi peternak maupun pelaku UMKM untuk meningkatkan pendapatan dengan memanfaatkan surplus produksi.

Selain ayam dan telur, produk olahan ikan lele juga menjadi fokus hilirisasi. Pemerintah mendorong kelompok masyarakat, terutama ibu-ibu rumah tangga, untuk mengolah lele menjadi produk beku bernilai jual tinggi, seperti lele bumbu marinate yang dikemas vakum.

Stabilitas Harga dan Serapan Produksi

Keberhasilan swasembada juga membawa tantangan tersendiri, seperti penurunan harga di tingkat peternak akibat surplus. Berdasarkan data Bapanas per 10 Mei 2025, harga ayam hidup berada di Rp20.073/kg, di bawah Harga Acuan Pembelian (HAP) sebesar Rp25.000/kg. Sementara telur ayam dijual Rp24.496/kg, di bawah HAP Rp26.500/kg.

Untuk menjaga kestabilan harga dan menyerap kelebihan produksi, pemerintah menggulirkan program Makan Bergizi Gratis (MBG). Program ini menjadi solusi konkret dalam mendistribusikan pasokan telur dan ayam secara merata sekaligus membantu masyarakat kurang mampu.

Peluang Usaha dan Ekonomi Kerakyatan

Bapanas menilai hilirisasi produk pangan lokal membuka potensi besar bagi ekonomi kerakyatan. Dari peternak, pelaku UMKM, hingga ibu rumah tangga, semua dapat terlibat dalam rantai produksi yang menghasilkan keuntungan lebih tinggi. Selain itu, langkah ini turut memperkuat ketahanan pangan nasional dan memperluas lapangan kerja di sektor pertanian dan pangan.

Dengan langkah hilirisasi yang terstruktur, Indonesia tidak hanya mandiri dari sisi produksi pangan, tetapi juga unggul dalam inovasi dan kualitas produk. Pemerintah optimistis strategi ini akan menjadikan Indonesia sebagai negara produsen protein hewani yang kuat dan berdaya saing global.

(Red)

© Copyright 2025 - mediamassa.co.id