Mediamassa.co.id – Verrell Bramasta, anggota DPR RI dari Komisi X, menjadi sorotan publik setelah mengkritik program barak militer bagi siswa bermasalah di Jawa Barat. Namun, kritik tersebut justru dibalas dengan tegas oleh beberapa siswi yang mendukung kebijakan tersebut.
Dalam sebuah video yang viral di TikTok, tiga siswi menyampaikan pendapat mereka terkait pernyataan Verrell Bramasta. Mereka menyebut kritik dari Komnas HAM, KPAI, dan Verrell sebagai "omon-omon" alias omong kosong. Video yang diunggah akun @feedgramido4 itu dengan cepat menyebar luas dan memancing beragam reaksi dari netizen.
Kontroversi Program Barak Militer di Jawa Barat
Program barak militer yang digagas oleh Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, bertujuan untuk membina siswa yang dianggap nakal atau melakukan pelanggaran berat di sekolah. Metode ini mendapat dukungan dari sebagian masyarakat dan orang tua siswa, tetapi dikritik oleh sejumlah lembaga dan tokoh, termasuk Verrell Bramasta.
Menurut Verrell, pendekatan militeristik justru berpotensi membentuk generasi yang keras, bukan tangguh. Ia menilai bahwa kenakalan remaja harus ditangani dengan pendekatan psikologis, edukatif, dan spiritual. Ia juga menyinggung pentingnya peran keluarga dan lingkungan dalam membentuk karakter anak.
Bupati Purwakarta Tantang Verrell Bramasta
Tanggapan keras juga datang dari Bupati Purwakarta, Saepul Bahri Binzein. Ia menantang Verrell untuk turun langsung menangani 15 siswa nakal di wilayahnya tanpa pendekatan barak militer. Saepul mempertanyakan data yang digunakan Verrell, dan menyatakan bahwa banyak orang tua justru mendukung kebijakan pembinaan di barak.
Respons Publik dan Netizen
Berita ini memicu perdebatan di media sosial. Sebagian mendukung pendapat Verrell Bramasta yang mengedepankan pendekatan humanis, namun banyak pula yang menilai bahwa tindakan tegas melalui program barak militer diperlukan untuk mendisiplinkan siswa bermasalah.
Kontroversi antara Verrell Bramasta dan pihak pendukung program barak militer di Jawa Barat menunjukkan adanya perbedaan pendekatan dalam menangani masalah kenakalan remaja. Apakah cara militeristik efektif, atau justru pendekatan psikologis yang lebih tepat? Waktu dan hasil implementasi program ini akan menjawabnya.
Tim Redaksi
Social Header