Mediamassa.co.id – Industri nikel Indonesia kian menggeliat, seiring meningkatnya permintaan global terhadap bahan baku kendaraan listrik (EV). Di balik geliat ini, terdapat sejumlah konglomerat yang mendominasi kepemilikan tambang nikel nasional. Siapa saja mereka?
Berikut daftar 4 taipan Indonesia yang menguasai sektor strategis tambang nikel, mulai dari hulu hingga hilirisasi.
1. Kiki Barki – Bos Harum Energy
Pengusaha senior ini mulai menancapkan kuku bisnis di industri nikel sejak 2020 melalui anak usahanya, Tanito Harum Nickel (THN). Perusahaan tersebut mengakuisisi beberapa tambang nikel di Sulawesi Tenggara, termasuk pabrik pengolahan (smelter). Kiki Barki dikenal sebagai pemain lama di sektor batu bara, namun kini serius menggarap potensi nikel untuk pasar baterai kendaraan listrik.
2. Low Tuck Kwong – Pendiri Bayan Resources
Dijuluki “Raja Batu Bara Indonesia”, Low Tuck Kwong kini memperluas kerajaan bisnisnya ke sektor nikel. Lewat perusahaan-perusahaan afiliasinya, ia mengelola tambang dan fasilitas pengolahan nikel. Per Juni 2025, Forbes mencatat kekayaannya mencapai USD 27,8 miliar (setara Rp452 triliun), menjadikannya orang terkaya di Indonesia.
3. Garibaldi “Boy” Thohir – Presiden Direktur Adaro Energy
Adik dari Menteri BUMN Erick Thohir ini memimpin Adaro Minerals yang memiliki saham mayoritas di PT Sulawesi Cahaya Mineral. Perusahaan ini merupakan salah satu pemain besar dalam tambang nikel terintegrasi, dengan produksi limonit nikel mencapai 10,1 juta wet metric ton (wmt) pada 2024. Adaro tengah mendorong hilirisasi dengan membangun smelter berbasis teknologi ramah lingkungan.
4. Lim Hariyanto Wijaya Sarwono – Pemilik Harita Group
Lewat Trimegah Bangun Persada (Harita Nickel), konglomerat ini mengelola tambang nikel dan fasilitas pengolahan canggih di Pulau Obi, Maluku Utara. Harita Nickel menjadi pionir dengan membangun pabrik HPAL (High Pressure Acid Leaching) pertama di Indonesia, mendukung produksi nikel sulfat untuk baterai EV. Forbes memperkirakan kekayaan Lim mencapai USD 3,6 miliar (Rp58,5 triliun).
Pemerintah Indonesia gencar mendorong hilirisasi tambang nikel guna meningkatkan nilai tambah dalam negeri. Keempat konglomerat ini berada di garis depan strategi nasional tersebut. Mereka tidak hanya menggali nikel mentah, tetapi juga membangun fasilitas pemurnian dan produksi bahan baku baterai kendaraan listrik.
Meski peluangnya besar, industri nikel juga menghadapi tantangan, seperti regulasi ekspor, dampak lingkungan, dan persaingan global dengan pemain Tiongkok. Namun demikian, dominasi para konglomerat ini menunjukkan bahwa Indonesia siap menjadi pemain utama dalam rantai pasok global energi bersih.
(Red)
Social Header