| Transformasi Public Speaking di Era Digital. (Foto: freepik) |
Surabaya, Jawa Timur - Rabu, 17 Desember 2025 - Public speaking adalah salah satu cabang keterampilan dalam ilmu komunikasi. Public speaking secara sederhana memiliki arti sebagai seni atau kemampuan berbicara di hadapan publik. Kemampuan ini sederhana tetapi penting, tidak semua individu mampu mengasahnya dengan baik. Kemampuan ini telah dianggap penting sejak zaman Yunani kuno, bisa juga disebut sebagai kemampuan retorika. Aristoteles dan Plato merupakan beberapa nama yang terkenal dengan kemampuan retorikanya. Littlejohn dan Foss (2010), tradisi retorika ini melihat komunikasi sebagai seni praktis. Seni ini berkait dengan strategi masyarakat melakukan tindakan strategis, dengan melibatkan logika, emosi, dan metode-metode tertentu.
Ada banyak cara untuk meningkatkan kemampuan public speaking. Meningkatkan kemampuan public speaking juga berdampak terhadap perubahan kepribadian seseorang. Sebelum kita berbicara di depan umum, maka syarat utama yang harus dimiliki adalah menciptakan citra diri yang positif pada diri kita. Ada enam karakteristik citra diri positif yang bisa dikembangkan (James K. Van Fleet, 2001 : 14 – 15), yaitu rasa kepercayaan diri yang kuat, berfokus pada ambisi dan target, efisien serta terorganisir, berusaha menanamkan mindset ’mampu’ atau cakap, memiliki watak yang menyenangkan, dan kemampuan mengendalikan diri.
Terdapat beberapa teknik dan tahapan dalam menjadi public speaker yang baik. Tahap pertama, start of fire. Pertama, saat pembuka, seorang public speaker harus mampu mencuri perhatian audiens. Contohnya adalah platform Ted.Ex, public speaker Ted.Ex akan berusaha mencuri perhatian audiens dengan membuat pembuka cerita yang dapat disimak audiens. Tidak ada larangan untuk pembuka yang heboh, tetapi akan lebih membekas jika pembuka dapat membuat hubungan batin antara public speaker dengan audiens. Sesuatu yang sederhana tapi melekat dan membekas. Kedua, build a bridge, merupakan tahapan menghubungkan pembukaan tadi menuju inti dari materi. Ketiga, for instance, materi pokok. Terakhir, so what, penutupan yang bisa diisi dengan harapan, konklusi, kesimpulan, dan pesan.
Perkembangan teknologi dua dekade terakhir mengalami lonjakan yang besar. Manusia dituntut menuruti perkembangan zaman, berusaha beradaptasi dengan perkembangan digital. Era digital ditandai dengan maraknya media digital interaktif, algoritma media sosial. Public speaking juga mengalami transformasi. Public speaking tidak melulu hanya di depan panggung, tetapi melalui layar kaca gawai dalam genggaman. Mulai dari podcast, konten iklan, endorsment, webinar, berbagai platform media sosial. Public speaking yang semula identik dengan kegiatan formal, menjadi suatu kegiatan informal sehari-hari. Teknik public speaking pun terpaksa harus menyesuaikan target audiens. Audiens masa kini menyukai sesuatu yang singkat, tidak monoton, dan to-the-point. Audiens sekarang memiliki fokus konsentrasi yang singkat, paparan informasi tak terbatas, dan cenderung memiliki preferensi tema dan minat. Public speaking digital secara tidak langsung menuntut kreator untuk mengemas public speaking dalam bentuk konten digital.
Waruwu (2024), mengemukakan pentingnya mengungkapkan inti pesan tanpa basa-basi, dengan mempertahankan kejelasan pesan. Public speaking di era digital mengutamakan elemen visual dan multimedia. Audiens dapat meningkat apabila konten dibuka dengan sesuatu yang click-bait, thumbnail yang heboh atau menarik. Public speaker dituntut tidak hanya sebagai komunikan satu arah, tetapi interaktif dengan audiens. Strategi live chat, kolom komentar, polling, efektif diterapkan. Meskipun demikian, terdapat suatu hal yang masih tetap antara public speaking digital dengan public speaking konvensional, yakni story telling yang menjangkau dan membuat audiens terhubung.
Saat ini, public speaker harus memiliki kemampuan membaca gelombang tren yang sedang memanas. Public speaker diharuskan memiliki kemampuan literasi digital dan kemampuan membaca situasi dan isu sensitif di media sosial. Di era di mana public speaker berlomba di media sosial yang tak terhingga jumlahnya, jangan lupa untuk tetap menunjukkan ciri khas atau personal branding sehingga menjadi top of mind audiens.
Penulis: Amira Wahyu
Nim: 1152300009
Dosen pengampu: Drs. Widiyatmo Ekoputro, M.A.
Mata kuliah: Public Speaking - F
Social Header