| Fenomena Menonton Konser di Kalangan Mahasiswa Gen-Z: Bentuk Ekspresi Diri atau FOMO?. Ilustrasi konser musik (Foto: kemenparekraf.go.id) |
Surabaya, Jawa Timur - Jumat, 19 Desember 2025 - Dalam beberapa tahun terakhir, menonton konser menjadi salah satu aktivitas yang sangat populer di kalangan Generasi Z, khususnya mahasiswa. Sistem penjualan tiket yang membatasi jumlah penonton sering kali membuat tiket konser habis terjual hanya dalam hitungan detik. Antusiasme ini menunjukkan tingginya minat Gen-Z untuk menikmati musik secara langsung dan berinteraksi dengan idola mereka. Kehadiran media sosial yang telah menyatu dalam kehidupan sehari-hari turut mempermudah Gen-Z dalam mengakses berbagai informasi terbaru mengenai konser yang diminati. Tidak hanya sebagai sumber informasi, media sosial juga menjadi sarana untuk mengunggah dokumentasi konser dalam bentuk unggahan atau cerita, sebagai bentuk penegasan bahwa mereka telah menghadiri konser tertentu yang dapat dilihat oleh orang terdekat maupun publik. Fenomena ini kemudian memunculkan pertanyaan: apakah menonton konser merupakan bentuk ekspresi diri atau sekadar dorongan FOMO (Fear of Missing Out)?
Bagi sebagian Gen-Z, musik memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan mereka. Musik tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga menjadi bagian dari identitas diri serta sarana untuk mengekspresikan suasana hati. Aktivitas mendengarkan musik hampir tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari, seperti saat mengerjakan tugas perkuliahan, dalam perjalanan, maupun ketika melakukan aktivitas lainnya untuk menambah semangat. Kedekatan emosional inilah yang kemudian memunculkan rasa kagum terhadap artis atau band tertentu, yang pada akhirnya berkembang menjadi loyalitas sebagai seorang penggemar.
Sebagai penggemar, tentu terdapat keinginan untuk dapat berinteraksi secara langsung dengan idola yang dikagumi. Salah satu cara untuk mewujudkan hal tersebut adalah dengan menghadiri konser. Di era digital saat ini, media sosial telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan Gen-Z sebagai generasi yang melek teknologi. Melalui media sosial, mereka membagikan berbagai momen penting, termasuk pengalaman menonton konser. Kebiasaan yang sering dilakukan antara lain memotret tiket konser, berfoto bersama teman, serta mendokumentasikan suasana konser untuk kemudian diunggah ke media sosial. Aktivitas ini mencerminkan perasaan bahagia dan kepuasan batin, sekaligus membuka peluang untuk menjalin relasi dengan individu lain yang memiliki minat dan selera musik yang sama.
Di sisi lain, fenomena ini juga tidak terlepas dari pengaruh FOMO. Media sosial memiliki peran signifikan dalam membentuk pola perilaku Gen-Z. Unggahan yang menampilkan kemeriahan konser dari teman, selebritas, maupun influencer dapat menimbulkan tekanan sosial. Ketika sebuah konser menjadi viral, muncul perasaan tertinggal tren bagi mereka yang tidak dapat menghadirinya. Kondisi ini mendorong sebagian Gen-Z untuk menonton konser bukan semata karena ketertarikan pribadi, melainkan demi mengikuti arus sosial atau menghindari rasa tertinggal. Akibatnya, muncul perilaku konsumtif, seperti membeli tiket konser dengan harga yang relatif mahal, bahkan hingga memaksakan kondisi finansial. Tidak jarang pula, sebagian dari mereka menabung dalam jangka waktu lama dan menerapkan gaya hidup hemat demi dapat menghadiri konser yang dianggap sebagai pengalaman berharga.
Menurut penulis, fenomena menonton konser di kalangan Gen-Z tidak dapat disederhanakan hanya sebagai bentuk ekspresi diri maupun semata-mata karena FOMO. Keduanya dapat berjalan beriringan, tergantung pada latar belakang dan motivasi individu. Sebagian mahasiswa menonton konser karena dorongan personal, seperti kecintaan terhadap figur publik tertentu, keinginan melepas penat, atau mencari pengalaman baru dengan dukungan finansial yang memadai. Namun, ada pula yang terdorong oleh tekanan sosial dan keinginan untuk mengikuti tren yang sedang viral agar tidak dianggap tertinggal. Oleh karena itu, hal terpenting bukanlah apakah seseorang menonton konser yang sedang populer, melainkan alasan dan kesiapan diri dalam mengambil keputusan tersebut. Menonton konser seharusnya menjadi pilihan yang disesuaikan dengan minat, kebutuhan, dan kemampuan finansial masing-masing individu, agar tidak terjebak dalam budaya FOMO yang berlebihan. Dengan sikap yang bijak, menonton konser dapat menjadi ruang ekspresi diri yang positif dan bermakna tanpa tekanan sosial maupun dampak finansial yang merugikan.
Info Penulis
Nama: Denise Chrisari
NIM: 1152500138
Universitas: Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
Dosen Pengampu: Widiyatmo Ekoputro
Artikel ini disusun untuk memenuhi tugas Evaluasi Akhir Semester mata kuliah Logic and Critical Thinking.
Social Header