| Pendidikan Karakter Ala Dedi Mulyadi: Antara Dukungan dan Penolakan Penerapan Program “Barak Militer”. (Antara Foto) |
Surabaya, Jawa Timur - Minggu, 26 Oktober 2025 – Program Pendidikan Karakter atau yang dikenal sebagai “Barak Militer” gagasan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi resmi diterapkan sejak 2 Mei 2025. Program ini merupakan hasil kerja sama antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan Kodam III/Siliwangi dan dilaksanakan selama 14 hari.
Konsep “Barak Militer” disebut Dedi bukan bentuk militerisasi perang, melainkan pembentukan disiplin, tanggung jawab, dan karakter positif bagi para pelajar. Kegiatan dalam program ini mencakup olahraga, pembiasaan pola hidup sehat, pengembangan minat dan bakat, serta pelatihan kedisiplinan dasar.
Tujuan Program: Bentuk Karakter dan Kurangi Kenakalan Remaja
Menurut Dedi Mulyadi, program ini diharapkan mampu menanamkan nilai-nilai disiplin, hormat kepada orang tua, tanggung jawab terhadap ibadah dan pembelajaran, serta menekan angka kenakalan remaja di Jawa Barat.
“Anak-anak yang nakal diharapkan bisa berubah, menjadi lebih sopan, dan memiliki karakter kuat,” ujar Dedi saat peluncuran program tersebut.
Pro dan Kontra Pendidikan Karakter “Barak Militer”
Program ini memunculkan berbagai tanggapan dari masyarakat. Sebagian kalangan menilai langkah Dedi Mulyadi positif karena mampu menanamkan kedisiplinan dan mental tangguh sejak dini.
Salah satu tokoh yang mendukung program ini adalah Kak Seto Mulyadi, pemerhati anak nasional. Menurutnya, konsep pendidikan karakter semacam ini bisa dijalankan dengan baik selama tidak melanggar hak anak dan berfokus pada pembentukan kedisiplinan serta tanggung jawab sosial.
Namun, sejumlah pakar pendidikan dan psikolog menilai penerapan “Barak Militer” perlu dikaji ulang. Mereka khawatir metode pelatihan dengan pendekatan semi-militer bisa menimbulkan trauma baru pada siswa, terutama jika tidak ada standar pelaksanaan yang jelas.
Selain itu, sebagian pihak menganggap penggunaan istilah “militer” berpotensi menimbulkan kesan represif dalam dunia pendidikan yang seharusnya lebih humanis.
Program Tetap Berjalan di Tengah Kritik
Meski menuai pro dan kontra, Pemerintah Provinsi Jawa Barat tetap melanjutkan pelaksanaan program tersebut. Pada 21 Oktober 2025, sebanyak 151 siswa kembali mengikuti pelatihan Pendidikan Karakter di Kesatuan Marinir Cilandak, Jakarta Selatan.
Dedi menegaskan, kegiatan tersebut tidak semata-mata berfokus pada latihan fisik, tetapi juga mencakup pembentukan mental, kedisiplinan, olahraga rutin, serta pengembangan minat dan bakat siswa.
“Ini bukan pelatihan perang, tapi pembentukan karakter dan mental yang kuat untuk generasi muda,” tegasnya.
Efektivitas Program dan Tantangan ke Depan
Dari pelaksanaan beberapa gelombang program ini, hasilnya mulai terlihat dengan meningkatnya kesadaran disiplin siswa. Meski demikian, evaluasi dan penyempurnaan tetap diperlukan agar pelaksanaan tidak menimbulkan kesalahpahaman di masyarakat.
Program ini juga diharapkan dapat menjadi model baru pendidikan karakter di Indonesia selama dijalankan dengan pendekatan edukatif, bukan militeristik.
Penulis: Pandangan Pribadi terhadap Program Pendidikan Karakter
Menurut penulis, program ini layak dilanjutkan karena potensi manfaatnya yang besar dalam membentuk generasi muda bermental kuat dan berkarakter positif. Di tengah meningkatnya kasus kenakalan remaja seperti pergaulan bebas, judi, dan penyalahgunaan minuman keras, pembentukan karakter menjadi kebutuhan mendesak.
Dengan pengawasan dan standar pelaksanaan yang jelas, program Pendidikan Karakter ala Dedi Mulyadi dapat menjadi solusi dalam membangun generasi muda yang disiplin, sehat, dan berakhlak baik di Jawa Barat.
Penulis : Indra Andika Rachmadian
Profesi : Mahasiswa
Domisili : Kota Surabaya, Jawa Timur
Bio : Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
Disclaimer:
Tulisan ini merupakan artikel opini pribadi penulis. Isi dan pandangan dalam tulisan tidak mewakili sikap resmi redaksi.
Artikel ini telah tayang di
Mediamassa.co.id
Social Header