Jakarta, DKI Jakarta - Sabtu, 18 Oktober 2025 – Raksasa makanan dan minuman asal Swiss, Nestlé, mengumumkan rencana pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 16.000 karyawan secara global. Langkah ini diambil untuk meningkatkan efisiensi dan memperkuat struktur bisnis perusahaan di bawah kepemimpinan CEO baru, Philipp Navratil.
Keputusan ini diumumkan secara resmi pada Kamis (17/10/2025) dan akan dilakukan secara bertahap dalam dua tahun ke depan. Total pemangkasan mencapai sekitar 5,8 persen dari total karyawan Nestlé yang saat ini berjumlah 277.000 orang di seluruh dunia.
“Dunia sedang berubah, dan Nestlé harus berubah lebih cepat agar tetap kompetitif,” ujar Navratil dalam keterangan resminya, dikutip dari Reuters dan AP News.
Rincian Rencana PHK Nestlé
Menurut laporan Katadata.co.id dan Kompas.com, sekitar 12.000 posisi staf kantoran (white collar) akan menjadi target utama pengurangan tenaga kerja. Sementara 4.000 posisi lainnya berasal dari sektor manufaktur dan rantai pasok (supply chain).
Nestlé juga menaikkan target penghematan biaya dari 2,5 miliar franc Swiss menjadi 3 miliar franc Swiss (setara Rp54 triliun) hingga akhir tahun 2027. Langkah ini diambil sebagai strategi efisiensi setelah meningkatnya biaya produksi dan tekanan ekonomi global.
Alasan di Balik Keputusan
Beberapa faktor yang memicu langkah besar ini antara lain:
• Kenaikan harga bahan baku dan logistik, yang berdampak pada margin keuntungan perusahaan.
• Dampak kebijakan tarif impor baru di Amerika Serikat, yang memengaruhi ekspor produk Nestlé dari Eropa.
• Transformasi digital dan otomatisasi, yang menuntut perubahan struktur kerja lebih ramping dan efisien.
Navratil menegaskan bahwa fokus perusahaan ke depan adalah mempercepat inovasi produk, digitalisasi, serta peningkatan efisiensi operasional di seluruh lini bisnis.
Dampak terhadap Pasar dan Karyawan
Meski langkah ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan pekerja, pasar saham justru merespons positif. Saham Nestlé tercatat melonjak lebih dari 8 persen di bursa Swiss setelah pengumuman tersebut, seperti dilaporkan Barron’s dan AP News.
Namun, ribuan karyawan di berbagai negara dipastikan akan terdampak restrukturisasi ini. Nestlé menyebut akan memberikan kompensasi sesuai ketentuan hukum di masing-masing negara tempat perusahaan beroperasi.
Laporan Keuangan Masih Tumbuh
Di tengah restrukturisasi besar, kinerja penjualan Nestlé justru menunjukkan hasil positif. Berdasarkan data kuartal ketiga 2025, perusahaan mencatat pertumbuhan penjualan organik sebesar 4,3 persen, melampaui perkiraan analis pasar.
Langkah efisiensi ini diharapkan dapat memperkuat daya saing Nestlé di tengah perubahan perilaku konsumen dan tekanan ekonomi global yang semakin ketat.
Artikel ini telah tayang di
Mediamassa.co.id
0 Komentar