Foto: Ilustrasi |
Surabaya, Jawa Timur - Kamis, 23 Oktober 2025 - Sudah bukan zamannya lagi istri hanya dianggap sebagai "konco wingking" atau teman di belakang, yang kerjanya cuma sumur, dapur, dan kasur. Meskipun peran utama sebagai ibu rumah tangga, pendidik anak, dan pengatur rumah tangga tetap tak tergantikan, tapi di era digital ini, istri punya potensi besar untuk bertransformasi menjadi pahlawan ekonomi keluarga.
Era digital, dengan segala kecanggihan internet, e-commerce, dan media sosial, telah membuka pintu rezeki selebar-lebarnya. Batasan ruang dan waktu seolah sirna. Istri-istri, bahkan yang berstatus ibu rumah tangga penuh, kini bisa menghasilkan pendapatan tanpa harus meninggalkan rumah dan melupakan tugas utamanya.
Coba kita lihat:
Bisnis Online: Jualan makanan rumahan, kerajinan tangan, atau produk fashion kini bisa dipasarkan hanya dengan modal smartphone dan kuota internet. Mulai dari WhatsApp, Instagram, TikTok, hingga marketplace besar, semua bisa jadi etalase toko. Penghasilan tambahan dari jualan online ini seringkali sangat signifikan untuk membantu menutupi kebutuhan sehari-hari, biaya pendidikan anak, atau bahkan menyisihkan untuk tabungan.
Pekerja Jarak Jauh (Freelancer): Bagi istri yang memiliki keahlian di bidang tertentu seperti menulis, desain grafis, penerjemah, atau administrasi, ada banyak peluang kerja freelance yang bisa dilakukan dari rumah. Fleksibilitas waktu ini sangat cocok untuk menyesuaikan dengan jadwal rumah tangga.
Kreator Konten Edukasi/Inspirasi: Ibu-ibu yang piawai memasak, mengatur rumah, atau mendidik anak bisa berbagi ilmu dan inspirasi lewat kanal YouTube, blog, atau media sosial, yang pada akhirnya bisa menghasilkan monetisasi atau kerja sama dengan merek tertentu. Biasanya istri muda yang punya banyak waktu luang lebih sering membuat konten A Day In My Life seperti contohnya influencer Ruce Nuenda yang tiktoknya memiliki sekitaran 7 juta followers aktif.
Keterlibatan dalam kegiatan ekonomi online memberikan kesempatan bagi istri untuk terus belajar, mengembangkan kemampuan, dan merasa berdaya. Ini adalah bentuk aktualisasi diri yang sehat. Dengan adanya sumber pendapatan kedua, keluarga menjadi lebih tangguh menghadapi gejolak ekonomi, apalagi jika terjadi hal-hal tak terduga pada penghasilan suami. Tantangannya memang pada peran ganda. Namun, kemudahan teknologi juga membantu. Suami-istri dituntut untuk saling berkomunikasi, berbagi tugas domestik, dan menghargai peran masing-masing. Suami yang suportif adalah kunci sukses istri yang berdaya.
Tentu, peran ganda ini tidak lepas dari tantangan. Risiko kelelahan (burnout) dan ketidakseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi (work-life balance) selalu mengintai. Di sinilah dukungan suami menjadi faktor penentu. Di era digital, konsep peran suami-istri harus berbasis pada sinergi dan kolaborasi. Suami tidak boleh lagi menganggap tugas domestik dan pengasuhan anak sebagai "bantuan", melainkan sebagai tanggung jawab bersama. Istri di era digital adalah simbol kemandirian dan kecerdasan. Dengan laptop di meja dapur dan smartphone di tangan, mereka membuktikan bahwa menjadi ibu yang baik tidak berarti harus mengorbankan potensi diri. Mereka adalah investor waktu, manajer keuangan, marketer ulung, dan yang paling penting: Pahlawan Ekonomi Keluarga yang kehadirannya tak bisa dipandang sebelah mata dalam mewujudkan kesejahteraan bersama.
Ketika suami terlibat aktif dalam pekerjaan rumah tangga, sang istri dapat fokus dan lebih produktif dalam bisnisnya. Ketika pasangan saling menghargai dan membagi peran, mereka sedang membangun sebuah "perusahaan keluarga" yang sehat dan kuat.
Kepada para istri, Saya berpesan: Manfaatkan kecanggihan digital ini, tingkatkan kemampuan, dan jangan pernah takut untuk mencoba. Kontribusi Anda sangat berharga! Di era digital, istri adalah mitra sejati, bukan hanya di ranah domestik, tapi juga sebagai pilar penguat ekonomi keluarga.
Penulis: Oriza Fajria Primerarinda
Mahasiswi Ilmu Komunikasi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
Artikel ini telah tayang di
Mediamassa.co.id
0 Komentar