Breaking News

Fenomena Pelari Kalcer: Antara Gaya Hidup Sehat dan Pencarian Validasi

Fenomena Pelari Kalcer: Antara Gaya Hidup Sehat dan Pencarian Validasi. (Foto: Asics)
Surabaya, Jawa Timur - Jumat, 24 Oktober 2025 – Olahraga lari dalam beberapa tahun terakhir mengalami peningkatan popularitas yang signifikan di Indonesia. Berdasarkan data aplikasi Strava, jumlah pelari di Indonesia meningkat hingga 83 persen sepanjang tahun 2024 hingga 2025.

Fenomena ini menunjukkan bahwa masyarakat, khususnya kalangan muda, mulai menjadikan lari sebagai bagian dari gaya hidup. Tren tersebut kemudian melahirkan istilah “pelari kalcer” (pelari culture), yakni sebutan bagi pelari yang tampil dengan perlengkapan dan busana bermerek, mulai dari sepatu, pakaian olahraga, hingga smartwatch.

Namun, munculnya tren pelari kalcer juga memicu pro dan kontra di kalangan masyarakat. Sebagian menilai tren ini positif karena mampu mendorong anak muda untuk hidup lebih sehat, sementara sebagian lainnya menganggapnya sebagai bentuk pencarian validasi sosial di media digital.

Faktor yang Mendorong Popularitas Lari

Salah satu alasan lari semakin diminati adalah karena fleksibilitas dan biaya yang relatif murah. Olahraga ini dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja, tanpa memerlukan peralatan kompleks.

Selain itu, kesadaran masyarakat terhadap kesehatan juga meningkat. Aktivitas harian dengan mobilitas tinggi membuat banyak orang memilih olahraga praktis untuk menjaga kebugaran tubuh.

Faktor lain yang turut berperan adalah pengaruh media sosial. Platform seperti TikTok, Instagram, dan Strava mendorong tren olahraga lari menjadi gaya hidup baru di kalangan anak muda. Banyak pelari yang membagikan aktivitas mereka secara daring, lengkap dengan foto-foto saat berlari menggunakan perlengkapan olahraga bermerek.

Dampak Positif: Gaya Hidup Sehat dan Komunitas Baru

Tren pelari kalcer membawa sejumlah dampak positif. Banyak anak muda kini memilih menghabiskan waktu luang dengan berlari ketimbang melakukan kegiatan negatif.

Kegiatan ini juga menciptakan interaksi sosial baru. Para pelari sering bertemu di acara lari bersama, fun run, atau marathon, yang menjadi ajang silaturahmi dan memperluas pertemanan. Beberapa di antara mereka mengaku merasa lebih sehat dan bugar setelah rutin berlari minimal seminggu sekali.

Kritik terhadap Fenomena Pelari Kalcer

Meski demikian, tren ini juga menuai kritik. Sebagian masyarakat menilai bahwa sebagian pelaku tren pelari kalcer tidak lagi berfokus pada esensi olahraga, melainkan pada penampilan dan pengakuan sosial.

Fenomena ini dinilai mendorong pola konsumtif karena muncul “aturan tidak tertulis” untuk tampil dengan perlengkapan mahal. Harga perlengkapan seperti sepatu dan smartwatch yang tinggi dinilai menimbulkan kesan eksklusif dan berorientasi pada gengsi.

“Banyak yang akhirnya berlomba-lomba membeli perlengkapan mahal demi menunjukkan identitas dan eksistensi, bukan semata-mata untuk menjaga kesehatan,” ujar salah satu pengamat tren gaya hidup yang diwawancarai secara terpisah.

Menjaga Esensi Olahraga Lari

Terlepas dari pro dan kontra, banyak pihak menilai bahwa menjadi pelari kalcer bukanlah hal yang salah selama tujuannya tetap positif.

Peralatan bermerek memang dapat menunjang performa dan kenyamanan, namun konsistensi dan niat untuk hidup sehat tetap menjadi kunci utama dalam menjalani olahraga ini.

“Sepatu lari mahal atau smartwatch canggih tidak menentukan seberapa konsisten seseorang dalam berlari. Semua kembali pada motivasi pribadi — apakah ingin sehat, atau hanya mencari validasi,” tutup Febrian.

Fenomena pelari kalcer mencerminkan bagaimana olahraga kini berkembang menjadi bagian dari budaya populer. Meski dipengaruhi oleh faktor gaya hidup dan media sosial, tren ini tetap dapat memberi dampak positif jika dijalani dengan niat menjaga kesehatan dan membangun kebersamaan.

Penulis: Febrian Faris Rizkianto

Disclaimer: Artikel ini merupakan kiriman opini dari pembaca. Isi sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Mediamassa.co.id.
Redaksi berhak menyunting tulisan ini untuk penyesuaian ejaan dan tata bahasa tanpa mengubah substansi.

Artikel ini telah tayang di 
Mediamassa.co.id
© Copyright 2022 - mediamassa.co.id
🔮 Zodiak Mingguan (1–7 Desember 2025) ×
Memuat ramalan zodiak...
🔮 Lihat Zodiak