Mediamassa.co.id — Pasar modal Indonesia kembali diguncang oleh aksi panic selling, kali ini menimpa saham PT Indokripto Koin Semesta Tbk (kode: COIN). Setelah mencatat Auto Rejection Atas (ARA) selama enam hari beruntun, saham COIN anjlok tajam dan terpaksa ditutup melalui mekanisme Auto Rejection Bawah (ARB) pada Kamis, 24 Juli 2025.
Saham COIN sempat mencetak rekor kenaikan signifikan dan menyentuh ARA selama hampir satu pekan. Namun, setelah Bursa Efek Indonesia (BEI) mengeluarkan peringatan Unusual Market Activity (UMA), aksi jual masif terjadi dan memicu ARB secara otomatis.
6 Hari ARA: Investor euforia membeli COIN.
Dapat UMA: BEI curigai pergerakan harga tak wajar.
Langsung ARB: Harga saham anjlok, investor panik jual.
Apa Itu UMA, ARA, dan ARB?
• UMA (Unusual Market Activity): Peringatan BEI atas aktivitas harga & volume tak wajar.
• ARA (Auto Rejection Atas): Batas kenaikan harga harian suatu saham.
• ARB (Auto Rejection Bawah): Batas penurunan harga harian agar mencegah kerugian ekstrem.
Dampak Panic Selling Saham COIN
Harga COIN anjlok drastis dalam satu hari.
Investor ritel banyak yang terjebak di harga tinggi.
Potensi psikologis negatif menular ke saham-saham lain.
Kepercayaan pasar jangka pendek bisa terganggu.
Mengapa Panic Selling Bisa Terjadi?
1. Overhype: Saham naik tajam tanpa fundamental kuat.
2. Sentimen UMA: Investor takut saham disuspensi.
3. Profit Taking: Pemegang lama jual mendadak.
4. Kurangnya literasi risiko pasar.
Tips Hadapi Panic Selling
Hindari membeli saham saat sudah ARA berturut-turut.
Jangan panik saat terjadi koreksi, cek fundamental emiten.
Gunakan manajemen risiko dan stop loss.
Ikuti informasi resmi dari BEI dan OJK.
(Red)
Social Header