Mediamassa.co.id — Upaya negosiasi gencatan senjata antara Israel dan Hamas kembali menemui jalan buntu. Pada Rabu (24/7/2025), Israel dan Amerika Serikat secara resmi menarik delegasi mereka dari meja perundingan yang digelar di Doha, Qatar.
Langkah ini disebut sebagai bagian dari konsultasi internal, namun sejumlah pengamat menilai penarikan ini bisa menjadi sinyal kegagalan negosiasi yang selama ini difasilitasi oleh Qatar dan Mesir.
Utusan khusus AS untuk Timur Tengah menyatakan bahwa Hamas tidak menunjukkan itikad baik dalam proses negosiasi. Pernyataan ini juga diperkuat oleh keterangan pejabat Israel yang menganggap respons Hamas tidak memungkinkan kemajuan berarti tanpa adanya konsesi signifikan.
“Tidak ada ruang untuk kemajuan bila Hamas tetap pada tuntutannya,” ujar pejabat senior Israel seperti dikutip dari laporan CNBC Indonesia.
Hamas Tegaskan Komitmen Negosiasi
Menanggapi penarikan delegasi, Hamas menyatakan tetap berkomitmen melanjutkan proses perundingan secara konstruktif. Dalam pernyataannya, Hamas menegaskan bahwa posisi mereka justru telah mendapat respons positif dari para mediator.
“Kami tetap membuka pintu dialog dengan prinsip keadilan dan kemanusiaan,” ujar perwakilan Hamas.
Isi Rancangan Gencatan Senjata
Sebelumnya, rancangan gencatan senjata yang sedang dibahas mencakup:
• Jeda pertempuran selama 60 hari
• Pertukaran tahanan antara Hamas dan Israel
• Distribusi bantuan kemanusiaan secara luas ke Gaza
• Pembukaan pembahasan gencatan senjata permanen
Namun, hingga kini belum tercapai kesepakatan final, terutama terkait penarikan pasukan Israel dari wilayah Gaza dan pelucutan senjata Hamas.
Situasi Kemanusiaan Memburuk
Penundaan kesepakatan ini berdampak besar terhadap situasi kemanusiaan di Gaza. Laporan lembaga internasional menyebutkan bahwa warga Gaza mengalami kelaparan ekstrem, kekurangan air bersih, dan minimnya pasokan obat-obatan.
PBB dan lembaga kemanusiaan lainnya terus mendesak semua pihak untuk segera mencapai kesepakatan demi menyelamatkan nyawa warga sipil.
Penarikan Israel dan Amerika Serikat dari meja perundingan menambah ketidakpastian atas masa depan gencatan senjata di Gaza. Meskipun mediator terus berupaya menjembatani perbedaan, perbedaan sikap mendasar antara kedua pihak masih menjadi hambatan utama. Krisis kemanusiaan yang memburuk memperkuat urgensi bagi tercapainya solusi damai secepat mungkin.
(Red)
0 Komentar