Mediamassa.co.id - Ketegangan di Timur Tengah semakin memuncak setelah mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dikabarkan dalam posisi siaga tinggi untuk terlibat langsung dalam kemungkinan serangan terhadap Iran. Situasi ini semakin genting seiring dengan kedatangan kapal induk ketiga milik Angkatan Laut Amerika Serikat di wilayah tersebut.
Langkah militer ini dilakukan sebagai respons atas meningkatnya eskalasi antara Israel dan Iran, menyusul serangan rudal yang diluncurkan oleh Iran beberapa waktu lalu. AS secara terbuka menyatakan dukungannya terhadap Israel dan memperkuat kehadiran militernya di kawasan.
Hingga pertengahan Juni 2025, Amerika Serikat telah mengerahkan tiga kapal induk tempur ke perairan Timur Tengah. Kapal induk terbaru yang dikerahkan adalah USS Gerald R. Ford, bergabung dengan dua kapal induk lainnya dalam upaya memperkuat posisi militer AS dan memberi sinyal keras kepada Iran.
Langkah ini juga dinilai sebagai upaya pencegahan terhadap serangan balik dari kelompok-kelompok pro-Iran di wilayah tersebut. Ribuan personel militer Amerika juga berada dalam kondisi siaga penuh untuk menghadapi berbagai kemungkinan terburuk.
Trump siap untuk mengambil langkah militer langsung terhadap Iran, terutama jika pasukan AS atau sekutunya diserang lebih dulu.
Pengiriman armada kapal induk oleh AS ini mendapat sorotan tajam dari berbagai negara. Banyak analis menyatakan kekhawatiran akan perang besar di Timur Tengah, yang dapat memicu:
• Lonjakan harga minyak dunia
• Krisis kemanusiaan baru di kawasan konflik
• Ketegangan diplomatik antara kekuatan besar dunia
Kehadiran tiga kapal induk Amerika Serikat di Timur Tengah dan kesiapan Donald Trump untuk menyerang Iran merupakan tanda bahwa situasi geopolitik kawasan ini berada di ambang krisis. Dunia internasional saat ini menunggu dengan cemas perkembangan berikutnya dari konflik Iran-AS-Israel yang bisa memicu perang terbuka berskala besar.
(Red)
Social Header