Mediamassa.co.id – Momen Iduladha yang seharusnya menjadi hari suci penuh kedamaian berubah menjadi tragedi berdarah di Jalur Gaza. Pada Jumat (6/6/2025), militer Israel kembali menggempur wilayah padat penduduk di Gaza dan menyebabkan sedikitnya 38 warga Palestina tewas, termasuk perempuan dan anak-anak.
Serangan terjadi sejak pagi hari, bertepatan dengan pelaksanaan salat Iduladha. Badan Pertahanan Sipil Gaza melaporkan bahwa 11 orang tewas dalam satu serangan udara di wilayah Jabalia, Gaza utara. Serangan lainnya menghantam daerah Khan Younis, Kota Gaza, dan Deir el-Balah yang merupakan lokasi padat pengungsi.
Puluhan Ribu Warga Tewas Sejak Konflik Memanas
Konflik berkepanjangan ini telah menyebabkan korban jiwa dalam jumlah besar. Sejak awal eskalasi terbaru antara Israel dan kelompok Hamas pada Oktober 2023 lalu, total korban tewas di pihak Palestina telah mencapai lebih dari 54.700 orang.
Pada hari sebelumnya (Kamis, 5/6), serangan juga dilaporkan terjadi di wilayah Lebanon dan Gaza, menewaskan sedikitnya 10 orang, memperlihatkan skala operasi militer Israel yang terus meluas dan intensif.
Kecaman Internasional dan Seruan Gencatan Senjata
Aksi militer Israel saat umat Muslim merayakan Iduladha menuai kecaman luas dari komunitas internasional. Sejumlah negara dan organisasi kemanusiaan menyebut serangan ini sebagai pelanggaran serius terhadap hukum humaniter internasional, terutama karena menyasar warga sipil dan fasilitas non-militer.
Banyak pihak menyerukan agar segera dilakukan gencatan senjata dan dibukanya akses bantuan kemanusiaan ke Gaza yang kini berada dalam kondisi krisis akibat blokade dan serangan udara bertubi-tubi.
Hari Raya Dalam Bayang-bayang Kematian
Bagi warga Gaza, ini adalah Iduladha keempat dalam suasana perang. Bukannya takbir dan silaturahmi, mereka justru disambut deru bom dan kepanikan. Rumah-rumah hancur, jenazah dibawa dengan tandu darurat, dan anak-anak kehilangan orang tua mereka dalam hitungan detik.
Warga setempat menyebut serangan pada hari raya ini sebagai bentuk "penghinaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan agama". Dunia pun terus mendesak agar kekerasan ini dihentikan sebelum lebih banyak nyawa melayang sia-sia.
(Red)
Social Header