Teheran, Mediamassa.co.id – Ketegangan antara Iran dan Israel kembali memuncak. Pada Sabtu, 21 Juni 2025, Iran meluncurkan serangan udara besar-besaran ke wilayah militer Israel. Target utama serangan ini adalah fasilitas militer strategis di kawasan tengah Israel, termasuk area sekitar Bandara Internasional Ben Gurion.
Serangan ini diklaim dilakukan oleh Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC), dengan menggunakan drone kamikaze Shahed-136 sebagai senjata utama.
Drone Shahed-136 Jadi Ujung Tombak Serangan Iran
Dalam serangan terbaru ini, drone Shahed-136 berperan sebagai senjata serbu utama. Drone ini dikenal sebagai drone kamikaze yang dirancang untuk menghantam target dan meledak secara langsung. Iran memanfaatkan teknologi ini untuk menyerang target militer dengan presisi tinggi dan biaya yang relatif rendah.
Spesifikasi Drone Shahed-136:
• Jarak tempuh hingga 2.000 km
• Kecepatan ± 185 km/jam
• Teknologi siluman sederhana yang sulit dideteksi radar
• Dipersenjatai dengan bahan peledak di kepala drone
Target: Lokasi Militer Strategis Israel
Menurut pernyataan resmi IRGC, target serangan meliputi:
• Fasilitas pendukung operasi militer Israel
• Infrastruktur militer di wilayah tengah Israel
• Area strategis sekitar Bandara Ben Gurion
Meski belum ada pernyataan resmi dari militer Israel, beberapa media lokal melaporkan gangguan pada sistem pertahanan udara dan aktivitas penerbangan di bandara utama negara tersebut.
Iron Dome Israel Kewalahan Hadapi Serangan Drone
Sistem pertahanan udara Israel, termasuk Iron Dome, dikabarkan kewalahan menghadapi serangan beruntun dari drone dan rudal yang diluncurkan secara bersamaan. Serangan ini menimbulkan pertanyaan besar terkait efektivitas sistem pertahanan Israel dalam menghadapi ancaman drone canggih berbiaya rendah seperti Shahed-136.
Eskalasi Konflik Iran-Israel Meningkat
Serangan ini menandai eskalasi baru dalam konflik antara Iran dan Israel di tahun 2025. Dengan penggunaan teknologi militer modern, Iran menunjukkan kapabilitasnya untuk menyerang langsung wilayah strategis Israel. Situasi ini memperbesar risiko konflik terbuka yang dapat berdampak pada stabilitas kawasan Timur Tengah.
(Red)
Social Header