Mediamassa.co.id - Fenomena pengemis yang sehat secara fisik namun memilih mengemis di jalanan semakin marak terjadi di berbagai kota besar di Indonesia. Ironisnya, banyak dari mereka diketahui memperoleh penghasilan tinggi dari kegiatan ini—bahkan bisa membeli rumah dan kendaraan pribadi.
Data dari beberapa petugas Dinas Sosial menunjukkan bahwa sebagian pengemis bisa mengantongi uang hingga Rp300.000 hingga Rp500.000 per hari. Jika dihitung, penghasilan mereka bisa mencapai belasan juta rupiah setiap bulan, jauh melebihi Upah Minimum Regional (UMR).
Mengemis Jadi Profesi "Menguntungkan"
Mengemis kini bahkan dianggap sebagai profesi oleh sebagian pihak karena dianggap mudah dan menguntungkan. Beberapa kasus mengungkap adanya sindikat atau kelompok terorganisir yang mempekerjakan pengemis di titik-titik strategis.
Kondisi ini menjadi ironi di tengah upaya pemerintah menanggulangi kemiskinan dan mendorong produktivitas masyarakat. Padahal, banyak dari pengemis tersebut masih dalam usia produktif, sehat secara fisik, dan sebenarnya mampu bekerja.
Respons Pemerintah: Penertiban dan Edukasi Masyarakat
Menanggapi fenomena ini, pemerintah melalui Dinas Sosial daerah mulai melakukan penertiban secara berkala. Namun, tantangan tetap ada karena sebagian pengemis kembali turun ke jalan setelah ditertibkan.
“Kami terus berupaya memberikan pelatihan keterampilan dan melakukan rehabilitasi sosial bagi para pengemis, terutama yang terindikasi menjadikan ini sebagai pekerjaan utama,” kata seorang pejabat Dinas Sosial.
Kementerian Sosial juga mendorong pendekatan holistik: pemberian bantuan yang tepat sasaran, pembinaan psikososial, serta sanksi tegas bagi mereka yang menyalahgunakan empati publik.
Masyarakat Diimbau Lebih Bijak Memberi Bantuan
Pemerintah mengimbau masyarakat untuk tidak memberikan uang langsung kepada pengemis di jalan. Sebagai gantinya, bantuan disarankan disalurkan melalui lembaga sosial resmi agar tepat sasaran dan tidak menumbuhkan ketergantungan.
(DAK)
Social Header