Mediamassa.co.id - Setelah wafatnya Paus Fransiskus pada 21 April 2025, Vatikan bersiap menggelar konklaf untuk memilih pemimpin baru Gereja Katolik. Indonesia turut ambil bagian dalam proses ini dengan mengirimkan Kardinal Ignatius Suharyo sebagai salah satu peserta konklaf yang akan dimulai pada 7 Mei 2025 di Kapel Sistina, Vatikan.
Profil Kardinal Ignatius Suharyo
Lahir di Sedayu, Bantul, Yogyakarta pada 9 Juli 1950, Ignatius Suharyo berasal dari keluarga Katolik yang taat. Ia merupakan anak ketujuh dari sepuluh bersaudara, dengan beberapa saudaranya juga memilih jalan hidup religius. Sejak usia 11 tahun, Suharyo telah menempuh pendidikan di seminari menengah, kemudian melanjutkan studi filsafat dan teologi di Pontifical Urban University, Roma.
Ditahbiskan sebagai imam pada 26 Januari 1976, Suharyo kemudian menjabat sebagai Uskup Agung Semarang pada 21 April 1997. Pada 28 Juni 2010, ia diangkat menjadi Uskup Agung Jakarta. Selain itu, ia juga menjabat sebagai Ketua Konferensi Waligereja Indonesia dan Ordinariat Militer Indonesia.
Pada 5 Oktober 2019, Paus Fransiskus mengangkatnya sebagai kardinal, menjadikannya kardinal ketiga dalam sejarah Gereja Katolik Indonesia. Sebagai satu-satunya kardinal Indonesia yang memenuhi syarat usia untuk mengikuti konklaf, Suharyo memiliki hak suara dalam pemilihan Paus baru.
Peluang dan Pandangan
Meskipun namanya disebut-sebut sebagai calon potensial, Kardinal Suharyo merendah dan menyatakan bahwa menjadi Paus bukanlah sebuah ambisi pribadi. "Dipilih menjadi Paus itu bukan ambisi. Menjadi Paus itu bukan jenjang karier yang semakin naik. Itu persis yang sebaliknya," ujarnya.
Ia menekankan bahwa pemilihan Paus adalah panggilan pelayanan yang mendalam, bukan sekadar pencapaian pribadi. Dengan kehadirannya dalam konklaf, Suharyo membawa harapan dan kebanggaan bagi umat Katolik Indonesia, menunjukkan peran aktif Indonesia dalam kancah Gereja Katolik global.
Social Header