Mediamassa.co.id - Kita hidup di zaman serba cepat. Jarak bisa dilipat dengan teknologi, budaya lintas negara bisa diakses dari layar 6 inci, dan identitas makin cair. Tapi, di tengah semua itu, muncul satu pertanyaan yang tak kalah penting: menjadi anak muda Indonesia itu, kita jalani sebagai status lahir... atau pilihan sadar?
Lahir di Indonesia, Tapi... Apakah Kita Benar-Benar Merasa Indonesia?
Ini bukan sekadar retorika, melainkan sebuah refleksi mendalam tentang identitas kita sebagai anak bangsa. Sejak kita bisa mengingat, kita telah dibesarkan dengan melodi lagu-lagu nasional yang berisi semangat perjuangan, menghafal Pancasila sebagai jalur moral, serta menjalani upacara bendera setiap Senin yang seolah menjadi ritual wajib. Namun, ironisnya, seiring berjalannya waktu, rasa nasionalisme kita sering kali menjadi sekadar latar belakang, bukan kesadaran aktif yang menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari.
Dengan bangga, kita menyematkan gelar anak muda kreatif ke dalam diri kita, mengklaim diri sebagai generasi digital yang cakap dan siap bersaing di panggung global. Namun, dalam perjalanan menuju modernisasi dan keterhubungan global, seringkali kita lupa bahwa jati diri kita juga tertanam dalam tanah Indonesia yang kaya akan sejarah dan nilai-nilai luhur. Kita mungkin telah memanfaatkan teknologi untuk menghubungkan diri kita dengan dunia, tetapi mengabaikan akar serta warisan budaya yang mengikat kita dengan tanah air dapat mengakibatkan hilangnya jati diri yang sesungguhnya.
Apa Sih Pentingnya Wawasan Kebangsaan Buat Kita?
Wawasan kebangsaan bukan sekadar teori hafalan yang sering kita dengarkan di bangku sekolah; lebih jauh dari itu, ia adalah cara berpikir yang mencerminkan kesadaran kita akan identitas, keberagaman, dan tanggung jawab sebagai warga negara. Dalam era globalisasi yang ditandai oleh perkembangan teknologi informasi dan media sosial, pemahaman yang mendalam tentang wawasan kebangsaan menjadi sangat penting. Mengingat dengan mudahnya informasi dapat tersebar, sering kali kita dikelilingi oleh misinformasi, hoaks, dan polarisasi yang dapat memecah belah masyarakat.
Wawasan kebangsaan mengajak kita untuk lebih peka terhadap konteks sosial, budaya, dan politik di sekitar kita. Dengan memaknai keberagaman sebagai salah satu kekuatan, kita bisa melihat bahwa Indonesia, yang terdiri dari beragam suku, agama, dan budaya, adalah sebuah mozaik indah yang seharusnya dirayakan, bukan ditakuti. Di tengah tantangan komunikasi digital yang rentan menimbulkan konflik, kesadaran akan keberagaman ini penting untuk menciptakan dialog yang positif dan konstruktif, serta menghindari stereotip dan prasangka yang merugikan.
Lebih dari sekadar pengertian identitas, wawasan kebangsaan juga memberi kita pemahaman akan tanggung jawab kolektif. Kita perlu ingat bahwa setiap tindakan yang kita lakukan baik di dunia nyata maupun di ranah digital dapat berdampak pada masyarakat. Misalnya, ketika kita berbagi informasi, penting untuk memverifikasi kebenarannya agar kita tidak menjadi penyebar hoaks yang justru memperkeruh suasana. Kesadaran ini, yang merupakan bagian dari wawasan kebangsaan, mendorong kita untuk menjadi warga negara yang aktif dan bertanggung jawab, serta memperkuat kohesi sosial.
Nasionalisme Gaya Baru: Bukan Patriotik Basi, Tapi Aksi Nyata
Di era yang serba cepat ini, anak muda zaman sekarang dituntut untuk redefinisi nasionalisme mereka. Nostalgia tentang orasi-orasi besar di podium mungkin masih bergaung dalam ingatan kita, namun cinta terhadap bangsa tidak lagi diukur dari seberapa banyak kita berbicara; justru kini lebih dapat diukur dari seberapa besar kita berkontribusi dalam tindakan nyata. Anak muda zaman sekarang tidak perlu jadi orator besar untuk menunjukkan cinta bangsa. Cukup jadi bagian dari solusi:
Kritis tapi tetap membangun.
Aktif di komunitas yang punya nilai sosial.
Konsisten jaga keberagaman dan toleransi di media sosial.
Bikin karya yang mengangkat identitas lokal ke ranah global
Kita bisa tetap ngonten, ngoding, ngedesain, bikin startup, tetapi tetap sadar bahwa kita melakukannya bukan cuma untuk diri sendiri tapi untuk Indonesia yang lebih maju, adil, dan manusiawi.
Menjadi Indonesia Adalah Pilihan Harian
Akhirnya, nasionalisme bukanlah sekadar berkibar di bawah bendera atau nyanyian lagu kebangsaan yang bergema di hati. Ia adalah pilihan yang kita ambil setiap hari: dalam sikap, kata-kata, dan keputusan.
Sebagai generasi muda, kita memiliki tanggung jawab untuk menyadari bahwa keberadaan kita tidaklah netral. Setiap tindakan yang kita lakukan, opini yang kita ungkapkan, dan ide yang kita sebarkan memiliki dampak langsung terhadap lingkungan sekitar kita, baik secara lokal maupun nasional. Kita adalah generasi yang akan menentukan ke mana arah bangsa ini melangkah. Untuk itu, penting bagi kita untuk berperan aktif dalam diskusi, pengambilan keputusan, dan aksi-aksi sosial yang berkontribusi positif kepada masyarakat.
Dengan demikian, kita perlu mengevaluasi pilihan yang kita ambil. Apakah kita akan memilih untuk menjadi sekadar "status" identitas yang diberikan tanpa adanya komitmen atau tanggung jawab? Atau, kita pilih untuk menjadi individu yang sadar, yang menyadari makna dari keberadaan kita dan siap untuk membawa perubahan?
Kita harus berkomitmen untuk menjadi bagian dari perubahan, untuk menempatkan cinta terhadap bangsa ke dalam aksi nyata, dan untuk menginspirasi orang lain melakukan hal yang sama. Jadi, sekaranglah saatnya untuk bertanya pada diri sendiri: Kamu pilih yang mana? Cuma status... atau pilihan sadar?
Penulis : Aira Rizky Ayudila Azis
Taruna Politeknik Pengayoman Indonesia
Jurusan Ilmu Pemasyarakatan Angkatan 58
Social Header