Mediamassa.co.id, Tel Aviv, Israel – Ketegangan di Timur Tengah meningkat drastis setelah Israel melancarkan serangan udara besar-besaran ke wilayah Yaman yang dikuasai oleh kelompok Houthi pada Senin (6/5). Sebanyak 20 jet tempur dikerahkan untuk membombardir berbagai target strategis sebagai bentuk balasan atas serangan rudal Houthi yang menghantam Bandara Internasional Ben Gurion di Tel Aviv.
Serangan Israel menyasar Bandara Internasional Sanaa, pelabuhan Hodeidah, pembangkit listrik, dan fasilitas industri lainnya yang diyakini sebagai pusat logistik militer Houthi. Akibatnya, sedikitnya tiga orang dilaporkan tewas dan lebih dari 30 lainnya terluka, beberapa di antaranya mengalami luka bakar serius.
Sebelumnya, pada 4 Mei 2025, kelompok Houthi yang didukung Iran menembakkan rudal balistik yang menghantam dekat terminal utama Bandara Ben Gurion. Insiden tersebut melukai delapan orang dan memicu gangguan besar pada lalu lintas udara Israel. Sistem pertahanan udara Iron Dome dilaporkan gagal mencegat rudal tersebut, yang menimbulkan kawah besar di area bandara.
Pemerintah Israel menyatakan bahwa serangan udara ini bertujuan melumpuhkan kemampuan militer Houthi, khususnya dalam mengakses senjata dan merancang serangan ke wilayah Israel. Namun, aksi militer tersebut mengundang kecaman dari berbagai pihak internasional, termasuk Iran yang menyebutnya sebagai pelanggaran hukum internasional.
Kelompok Houthi menegaskan bahwa mereka tidak akan berhenti menyerang hingga Israel menghentikan agresinya di Gaza. Mereka juga membantah klaim Presiden AS bahwa mereka telah menyerah, dan menegaskan komitmen untuk terus mendukung perjuangan Palestina.
Konflik ini menambah ketegangan yang telah lama membara di kawasan, dan memunculkan kekhawatiran baru akan potensi perang yang lebih luas di Timur Tengah. PBB dan organisasi kemanusiaan mendesak semua pihak untuk menahan diri dan mengutamakan solusi diplomatik demi menghindari krisis kemanusiaan yang lebih parah di Yaman dan sekitarnya.
Social Header