Breaking News

Wakil Tuhan atau Budak Uang? Keadilan di Indonesia Kian Terpuruk di Kubangan Suap


Oleh Redaksi Mediamassa.co.id

Mediamassa.co.id - Hakim seharusnya menjadi penjaga keadilan, wakil Tuhan yang berdiri tegak di atas hukum. Tapi hari ini, mereka justru tercoreng—bukan oleh rakyat, melainkan oleh kelakuan mereka sendiri.

Lihat saja kasus dugaan suap vonis bebas Gregorius Ronald Tannur dalam kasus tewasnya Dini Sera Afrianti dengan terdakwa tiga hakim nonaktif Pengadilan Negeri (PN) Surabaya. Ronald Tannur, terdakwa pembunuhan, bebas merdeka—bukan karena tak bersalah, tapi karena membayar cukup mahal untuk membeli keadilan. Hakim-hakim itu tak menjatuhkan hukum, mereka menjualnya.

Dan bukan hanya mereka. Dalam kasus korupsi ekspor bahan baku minyak goreng—yang menyebabkan kerugian besar bagi negara—lagi-lagi ada aroma amis dalam persidangan. Dugaan permainan vonis, negosiasi hukum di belakang meja, hingga sinyal keterlibatan aparat peradilan yang lebih tinggi. Semua jadi bukti bahwa hukum bukan lagi soal benar atau salah, tapi soal siapa yang punya uang lebih banyak.

Ini bukan sekadar aib. Ini penghianatan. Kepada hukum. Kepada rakyat. Kepada Tuhan.

Kalau hakim yang diberi mandat suci justru jadi kaki tangan koruptor, lalu kepada siapa rakyat mencari keadilan?

Apakah palu hakim kini hanya berdentum untuk yang bisa membayar? Apakah toga dan sumpah jabatan hanya simbol kosong tanpa makna?

Indonesia butuh hakim yang berani—bukan yang berani korupsi, tapi berani jujur. Kalau tidak, pengadilan hanya akan jadi panggung dagelan, dan keadilan hanyalah mitos bagi rakyat kecil.
© Copyright 2025 - mediamassa.co.id
Sawah
Beranda Cari Kontak Kategori Akun