Namaku Rani. Aku istri yang bisa dibilang hampir sempurna—bisa masak, rajin nyuci, bahkan bisa nonton sinetron sambil nyetrika. Suamiku, Dika, ya... dia seperti kebanyakan suami: susah disuruh mandi, kalau ketawa keras banget, dan punya hobi ngerusak barang lalu pura-pura nggak tahu.
Tapi belakangan ini, Dika berubah. Sering mandi dua kali sehari, parfumnya mahal, dan... dia mulai pakai skincare. SKINCARE. Dia bilang karena kerjaannya makin berat. Lah, kerjaannya tukang servis AC, bukan seleb TikTok.
Curigaku makin menjadi ketika tetanggaku, Siska, mulai sering kirim makanan ke rumah. Katanya, “Iseng aja, Ran.” Tapi kenapa makanannya cuma lauk, nggak pernah sama nasinya? Aku mikir, jangan-jangan... lauknya buat Dika, nasinya buat mereka makan berdua?
Puncaknya, suatu malam aku denger suara di luar rumah. Aku ngintip dari jendela, dan kulihat Dika bisik-bisik sama Siska sambil ngasih sesuatu. Hatiku mencelos. Kupikir itu surat cinta... ternyata charger HP.
Tapi rasa curiga sudah di ubun-ubun. Maka kulancarkan rencana 007 versi emak-emak. Aku pasang CCTV murahan depan rumah—hasilnya miring, suaranya delay, tapi cukup jelas.
Dan benar saja. Malam berikutnya, aku lihat Dika masuk ke rumah Siska. Hatiku nyesek, aku langsung siapin koper, surat cerai, dan playlist lagu galau.
Tapi pas aku konfrontasi, Dika malah ngakak.
“Ya Allah, Rani... aku masuk ke rumah Siska karena AC-nya rusak. Dia manggil teknisi, teknisinya gak dateng-dateng, ya aku yang bantu.”
“Lho terus kenapa kamu bisik-bisik?”
“Karena pintu rumahnya bunyi nyaring kalau ditutup keras. Anjing tetangganya galak, aku takut digonggongi.”
Ternyata aku terlalu lebay. Bukannya selingkuh, suamiku cuma... teknisi panggilan darurat yang kebetulan suka pakai serum wajah.
Akhirnya kami berdamai. Dan Siska? Masih sering ngasih lauk. Tapi sekarang udah pakai nasi. Lengkap dengan tulisan, “Untuk Rani, bukan Dika.”
Tamat.
Social Header