Mediamassa.co.id – Pengibaran bendera bajak laut One Piece menjelang HUT RI ke-80 menjadi sorotan tajam media dari Malaysia dan China. Fenomena ini terjadi di berbagai wilayah Indonesia, terutama oleh sopir truk dan kelompok masyarakat yang melakukan aksi protes terhadap kebijakan pelarangan truk ODOL (Over Dimension Over Load).
Penggunaan bendera Jolly Roger, lambang kelompok bajak laut dalam anime One Piece, dinilai sebagai bentuk kritik terhadap pemerintah. Para pengibarnya menyampaikan pesan bahwa mereka mencintai negaranya, namun kecewa terhadap kebijakan pemerintah.
Respons Media Internasional
Media di Malaysia dan China menyoroti aksi pengibaran bendera One Piece ini sebagai bentuk ekspresi politik melalui simbol budaya populer. Mereka menilai bahwa fenomena ini mencerminkan keresahan masyarakat terhadap kondisi sosial dan kebijakan transportasi di Indonesia.
Pemerintah Beri Respons Beragam
Fenomena ini mendapat tanggapan berbeda dari pemerintah Indonesia:
Firman Soebagyo, Wakil Ketua Fraksi Golkar MPR RI, menyebut aksi ini bisa dikategorikan sebagai makar dan menyarankan tindakan tegas dari aparat.
Sebaliknya, Wakil Menteri Dalam Negeri Bima Arya Sugiarto menilai pengibaran bendera tersebut masih dalam batas kebebasan berekspresi, selama tidak melanggar konstitusi atau menyebarkan ideologi terlarang.
Makna Bendera One Piece di Tengah Aksi Protes
Dalam cerita anime One Piece, bendera Jolly Roger melambangkan kebebasan, solidaritas, dan perlawanan terhadap kekuasaan yang dianggap tidak adil. Makna inilah yang dianggap mewakili perasaan masyarakat terhadap berbagai persoalan nasional, mulai dari:
• Pelarangan truk ODOL
• Pemblokiran rekening PPATK
• Isu penggusuran dan ketidakadilan sosial lainnya
Viral di Media Sosial
Aksi pengibaran bendera One Piece juga viral di media sosial. Beberapa pengguna X (sebelumnya Twitter) menulis pesan bernada sindiran seperti:
"Merah Putih di atas, One Piece di bawah. Kami tetap cinta Indonesia, tapi tidak dengan kebijakan pemerintahnya."
Pengibaran bendera One Piece di Indonesia bukan sekadar tren budaya pop, tetapi telah menjadi simbol perlawanan damai dan ekspresi kritik sosial. Sorotan dari media Malaysia dan China menunjukkan bahwa isu ini telah menjadi perhatian internasional dan membuka ruang diskusi tentang kebebasan berekspresi, simbolisme budaya, dan hak rakyat dalam menyampaikan aspirasi.
(Red)
Social Header