Mediamassa.co.id — Ketegangan antara Iran dan Israel memuncak setelah Iran meluncurkan serangan udara besar-besaran ke wilayah Israel pada Jumat malam (13/6). Serangan ini menyebabkan kerusakan parah di sejumlah kota, termasuk Tel Aviv dan Haifa, serta menewaskan tiga warga sipil.
Serangan rudal dan drone tersebut menghantam fasilitas strategis dan kawasan permukiman. Video dan foto yang beredar menunjukkan gedung-gedung hancur, api berkobar, serta ambulans yang lalu lalang mengevakuasi korban. Serangan ini juga melumpuhkan sebagian jaringan listrik dan komunikasi di beberapa wilayah.
Menurut laporan otoritas setempat, tiga orang tewas dan 25 lainnya luka-luka, termasuk beberapa dalam kondisi kritis. Rumah Sakit di Tel Aviv dilaporkan kewalahan menangani lonjakan pasien korban ledakan.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, langsung menggelar rapat darurat bersama jajaran keamanan dan militer. Dalam pernyataan resminya, Netanyahu menyebut tindakan Iran sebagai "agresi tidak dapat diterima" dan menjanjikan tanggapan keras.
Sementara itu, sistem pertahanan udara Iron Dome berhasil mencegat sebagian besar serangan, namun beberapa rudal tetap menghantam target sensitif.
Serangan ini memperburuk situasi keamanan di Timur Tengah yang sudah rapuh. Beberapa analis menilai aksi militer Iran sebagai bentuk balasan atas serangan sebelumnya yang dituduhkan pada Israel di wilayah Suriah dan Lebanon.
Pengamat militer internasional memperingatkan kemungkinan eskalasi konflik terbuka antara dua negara tersebut yang dapat memicu keterlibatan negara-negara lain di kawasan.
Serangan udara Iran ke Israel pada 14 Juni 2025 menyebabkan kehancuran besar di Tel Aviv dan Haifa, menewaskan tiga orang dan melukai puluhan lainnya. Pemerintah Israel mengutuk keras tindakan tersebut dan bersiap mengambil langkah balasan, meningkatkan kekhawatiran dunia akan pecahnya konflik skala penuh di kawasan Timur Tengah.
(Red)
Social Header